Sabtu, 31 Oktober 2015

kelapa sawit



Kelapa sawit adalah tanaman komoditas utama perkebunan di Indonesia, dikarenakan nilai ekonomi yang tinggi. Peranan Sub Sektor perkebunan dalam perekonomian nasional sangat besar kontribusinya seperti penyediaan lapangan kerja, penerimaan pajak dan penerimaan ekspor. Bapepam (2012) menyatakan bahwa Indonesia dan Malaysia merupakan produsen utama minyak kelapa sawit mentah, dilihat dari total minyak sawit mentah yang dihasilkan pada tahun 2010, dua negara ini menguasai 86 % total produksi CPO dunia. Produsen besar berikutnya adalah Nigeria,Thailand dan Kolombia.
Dalam hal kelapa sawit,  Indonesia memiliki pesaing kuat yaitu Malaysia. Meski secara volume masih unggul, dalam produktivitas Indonesia kalah oleh Malaysia. Saat ini, luas lahan di Indonesia sekitar 7,9 juta hektar. Lahan seluas itu menghasilkan CPO 23,5 juta ton per tahun. Malaysia yang luas lahannya 4 juta hektar mampu memproduksi CPO 18,5 juta ton per tahun.Melihat kondisi itu maka perlu upaya meningkatkan produktivitas dengan penggunaan bibit berkualitas tinggi yang ditopang sistem pemeliharaan dan pemupukan terpadu, serta perlu adanya akses menuju pabrik pengolahan. Harapan pada tahun 2020 Indonesia mampu memproduksi 40 juta ton CPO per tahun, apabila penggunaan bibit berkualitas tinggi ditopang sistem pemeliharaan dan pemupukan terpadu.


A.          Kelapa Sawit
Kelapa sawit adalah tanaman komoditas utama perkebunan Indonesia, dikarenakan nilai ekonomi yang tinggi dan kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati terbanyak diantara tanaman penghasil minyak nabati yang lainnya (kedelai, zaitun, kelapa, dan bunga matahari). Kelapa sawit dapat menghasilkan minyak nabati sebanyak 6 ton/ha, sedangkan tanaman yang lainnya hanya menghasilkan minyak nabati sebanyak 4-4,5 ton/ha (Sunarko, 2007).
B.           Pencirian Bagian Tanaman Kelapa Sawit
1.            Kecambah
Kelapa sawit berkembang biak dengan bijji dan akan berkecambah untuk selanjutnya tumbuh menjadi tanaman. Susunan buah kelapa sawit dari lapisan luar sebagai berikut : (1) Kulit buah yang licin dan keras (epicarp), (2) Daging buah (mesocarp) terdiri atas susunan serabut (fibre) dan mengandung minyak, (3) Kulit biji (cangkang/tempurung), berwarna hitam dan keras (endocarp), (4) Daging biji (mesoperm), berwarna putih dan mengandung minyak, (5) Lembaga (embrio). Lembaga yang keluar dari kulit biji akan berkembang ke dua arah : (1) Arah tegak lurus ke atas (fototrophy), disebut plumula yang selanjutnya akan menjadi batang dan daun kelapa sawit, (2) Arah tegak lurus ke bawah (geotrophy), disebut radikula yang selanjutnya akan menjadi akar (Sunarko, 2009).
Plumula akan muncul setelah radikula tumbuh sekitar satu sentimeter. Akar-akar adventif pertama muncul di sebuah ring di atas sambungan radikula-hipokotil, kemudian membentuk akar-akar sekunder sebelum daun pertama muncul. Bibit kelapa sawit memerlukan waktu tiga bulan untuk berubah menjadi organisme yang mampu memfotosintesis dan mengabsorpsi makanan dari dalam tanah secara sempurna (Sunarko, 2007).
2.            Akar 
Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil. Artinya, tanaman dari family Araceae ini memiliki akar serabut. Radikula pada bibit tumbuh memanjang ke bawah selama enam bulan hingga mencapai 15 cm dan menjadi akar primer. Akar ini akan terus berkembang. Akar serabut primer yang tumbuh secara vertikal dan horizontal di dalam tanah. Akar ini akan bercabang menjadi akar sekunder. Selanjutnya, akar sekunder berkembang dan bercabang kembali menjadi akar tersier, begitu seterusnya. Akar serabut kelapa sawit tumbuh di seluruh pangkal batang hingga 50 cm di atas permukaan tanah. Akar ini terdiri dari atas akar primer, sekunder, tersier, hingga quarter yang biasa disebut akan feeder roots (Sunarko, 2009).
Jika dirawat dengan baik, perkembangan akar akan membantu pertumbuhan tanaman dan meningkatkan produksi kelapa sawit. Perakaran yang kuat lebih tahan terhadap penyakit pangkal batang dan kekeringan. Perakaran tanaman kelapa sawit dapat mencapai kedalaman 8 m dan 16 m secara horizontal. Pemeliharaan akar akan meningkatkan absorpsi tanaman terhadap unsur hara oleh tanaman melalui akar (Sunarko, 2009 dan Pahan, 2009).
3.            Batang
Kelapa sawit memiliki batang yang tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling), terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia. Titik tumbuh terletak di pucuk batang dan terbenam di dalam tajuk daun. Bentuknya seperti kubis dan enak dimakan. Di batang terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat dan sukar terlepas, meskipun daun telah kering dan mati. Pada tanaman tua, pangkal-pangkal pelepah yang masih tertinggal di batang akan terkelupas, sehingga batang kelapa sawit tampak  berwarna hitam beruas ( Anonim 2013).
Pembengkakan pangkal batang (bole) terjadi karena internodia  (ruas batang) dalam masa pertumbuhan awal tidak memanjang, sehingga pangkal-pangkal pelepah daun yang tebal berdesakan. Bongkol batang ini membantu memperkokoh posisi pohon pada tanah agar dapat berdiri tegak. Dalam satu sampai dua tahun pertama perkembangan batang lebih mengarah ke samping, diameter dapat mencapai 60 cm. Setelah itu perkembangan mengarah ke atas, sehingga diameter batang hanya sekitar 40 cm, dan pertumbuhan meninggi berlangsung lebih cepat. Pohon kelapa sawit hanya memiliki satu titik tumbuh terminal. Percabangan jarang sekali terjadi. Ujung batang (apex) berbentuk kerucut (conical), diselimuti oleh daun-daun muda yang masih kecil dan lembut. Pada ujung batang ini terdapat meristem batang (apical meristem) ( Semangun dkk, 2003).

4.            Daun
Kelapa sawit memiliki daun yang menyerupai bulu burung atau ayam. Di bagian pangkal pelepah daun terbentuk dua baris duri yang sangat tajam dan keras di kedua sisinya. Anak-anak daun tersusun berbaris dua hingga ujung daun. Di tengah-tengah setiap anak daun terbentuk lidi sebagai tulang daun. Ujung pelapah daun sering tumbuh menyerupai buntut benang yang mencirikan kekurangan unsur boron. Ciri lainnya, ujung daun membentuk seperti ujung tombak. Boron merupakan unsur hara yang ada di dalam tanah, tetapi kadang jumlahnya tidak cukup untuk kebutuhan tanaman sehinggan perlu ditambah melalui pemupukan (Sunarko, 2009).
5.            Bunga
Kelapa sawit yang berumur tiga tahun  sudah mulai dewasa dan mengeluarkan bunga jantan dan betina. Bunga tersebut keluar dari ketiak atau pangkal pelepah daun bagian dalam. Bunga jantan terbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat.  Kelapa sawit mengadakan penyerbukan bersilang (croos pollination). Artinya, bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan perantaraan angin dan serangga penyerbuk (Sunarko, 2009).
Perbandingan bunga betina dan bunga jantan sangat dipengaruhi oleh pupuk dan air. Jika tanaman kekurangan pupuk atau kekurangan air, bunga jantan akan lebih banyak keluar. Produktivitas tanaman menjadi baik jika unsur hara dan air tersedia dalam jumlah yang cukup dan seimbang. Kecukupan unsur hara dan air didasarkan pada analisis tanah, air, dan daun sesuai dengan umur tanaman. Sex ratio  mulai terbentuk  24 bulan sebelum panen. Artinya, calon bunga (primordial) telah terbentuk dua tahun sebelum panen. Karena itu, perencanaan produksi dihitung minimal tiga tahun sebelumnya, sehingga perencanaan pemupukan dapat dijadwalkan (Sunarko, 2009).
6.            Buah
Buah muda berwarna hijau pucat. Semakin tua berubah menjadi hijau hitam hingga kuning. Buah sawit yang masih mentah berwarna hitam (nigrescens), beberapa diantaranya berwarna hijau (virescens). Sementara itu, buah matang berwarna merah kuning (oranye). Selanjutnya, buah matang akan rontok (buah leles atau brondol). Keadaan ini menandakan bahwa kelapa sawit sudah layak panen. Biasanya perintah panen diberikan berdasarkan jumlah jatuhnya brondolan, yakni 1-2 buah per kg tandan (Sunarko, 2007).
Buah kelapa sawit termasuk jenis buah keras (drupe), menempel dan bergerombol pada tandan buah. Jumlah per tandan dapat mencapai 1.600, berbentuk lonjong sampai membulat. Panjang buah 2-5 cm, bratnya sampai 30 gram. Bagian-bagian buah terdiri atas eksokarp (exocarp) atau kulit buah, Mesokarp (mesocarp) atau sabut, dan biji. Eksokarp dan mesokarp disebut perikarp (pericarp). Biji terdiri atas endokarp (endocarp) atau cangkang, dan inti (kanel), sedangkan inti sendiri terdiri atas endosperm (endosperm) atau putih lembaga dan embrio. Dalam embrio terdapat bakal daun (plumula), haustorium, dan bakal akar (radikula) (Semangun dkk, 2003).


C.          Jenis Kelapa Sawit
Berdasarkan ketebalan cangkang dan daging buah, kelapa sawit dibedakan menjadi beberapa jenis sebagai berikut : (1) Dura, memiliki cangkang tebal (3-5 mm), daging buah tipis, dan rendemen minyak 15-17 %, (2) Tenera, memiliki cangkang agak tipis (2-3 mm), daging buah tebal, dan rendemen minyak 21-23%, (3) Pesifera, memiliki cangkang sangat tipis, daging buah tebal, biji kecil dan rendemen minyak tinggi 23-25%, tandan buah hampir selalu gugur sebelum masak, sehingga jumlah minyak yang dihasilkan sedikit (Sastrosayono, 2007).
D.          Klasifikasi Kelapa Sawit
Upaya klasifikasi kelapa sawit sudah dimulai sejak empat abad yang lalu (abad ke-16) dan dilanjutkan pada abad-abad selanjutnya. Seperti halnya dengan upaya pengklasifikasian jenis-jenis tumbuhan lainya ataupun hewan, para ahli berbeda pendapat mengenai klasifikasi kelapa sawit. Hal ini dapat dimengerti, karena di masa lampau ilmu Taksonomi maupun ilmu-ilmu yang berkaitan dengannya belum berkembang seperti sekarang, dan peralatan yang tersedia pun masih sederhana. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi diperoleh data dan informasi baru yang memungkinkan para ahli untuk mengadakan perubahan, penyesuaian, dan pembetulan ( Semangun dkk 2003 ).
Taksonomi kelapa sawit menurut Semangun dkk. (2003) yang umum diterima sekarang adalah sebagai berikut:
Divisi                                       : Tracheophyta
Anak divisi (Subdivisi)           : Pteropsida
Kelas                                       : Angiospermae
Anak kelas (Subkelas)             : Monocotyledoneae
Bangsa (Ordo)                                    : Spadiciflorae (Aracales)
Suku (Famili)                          : Palmae (Arecaceae)
Anak suku (Subfamilia)          : Cocoideae
Marga (Genus                         : Elaesis
Jenis (Spesies)                         : Elaesis guineensis Jacq
E.           Ekologi Kelapa Sawit
Tim Penulis PS (1996) menyatakan bahwa pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari luar maupun dari tanaman kelapa sawit itu sendiri. Faktor-faktor pada umumnya bisa di bagi dengan faktor lingkungan dan faktor genmetik, dan juga faktor aronomis atau sistem budidaya. Ketiga faktor tersebut saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lainnya. Untuk memperoleh tanaman kelapa sawit yang berkualitas haruslah ketiga faktor ini perlu di ketahui apa saja yang mempengaruhinya.
1.            Faktor Iklim
Faktor iklim sangan mempengaruhi pertumbuhan tandan kelapa sawit, secara umum iklim yang cocok bagi tanaman kelapa sawit yaitu 15o LU 15o LS. Beberapa iklim yang penting di antaranya:
a.       Curah Hujan
Curah hujan optimal yang di perlukan tanaman kelapa sawit rata-rata 2.000 – 2.500 mm/tahun.

b.      Sinar matahari
Sinar matahari di perlukan untuk mendapatkan karbohidrat (dalam proses asimilasi) dan juga untuk memacu pembentukan bunga dan buah, oleh karena itu intensitas, kualitas dan lama penyinaran sangat di perlukan. Penyinaran optimum yang di perlukan antara 5 – 7 jam/hari kekurangan atau kelebihan sinar matahari ini akan mengakibatkan kurang baik bagi tanaman.
c.       Suhu
Suhu optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit berkisar 29 -300C
d.      Kelembapan Udara
Kelembapan udara dan angin sangat penting peranannya dalam pertumbuhan tanaman kelap sawit. Kelembapan tanaman kelapa sawit optimum bagi pertumbuhan berkisar antara 80 – 900 %
2.            Tanah
Dalam hal tanah, tanaman kelapa sawit tidak menuntut persyaratan terlalu banyak karena dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah. Dua sifat utama tanah sebagai media tumbuh adalah sifat kimia dan sifat fisik tanah.
a.       Sifat kimia tanah
Sifat kimia tanah secara sedeerhana yaitu kemasaman dan kandungan mineral dalam tanah. Sifat kimia tanah sangat penting dalam menentukan pemupukan dan kelas kesuburan tanah. Tanaman kelapa sawit tidak memerlukan sifat kimia tanah yang terlalu istimewa, sebab kekurangan satu unsur dapat di penuhi dengan teknik pemupukan. Pemupukan dengan dosis yang tepat sangat membantu pertumbuhan kelapa sawit sehingga akan meningkatkan tingkat produksinya. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada pH tanah antara 4,5 – 6,5 sedangkan pH optimumnya adalah 5 – 5,5.
b.      Sifat fisik tanah
Sifat fisik tanah yang baik lebih di kehendaki daripada sifat kimianya, beberapa hal yang menentukan sifat fisik adalah tekstur, setruktur, konsistensi, kemiringan, permeabilitas, ketebalan lapisan tanah dan kedalaman permukaan air tanah. Secara ideal tanaman kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, mempunyai solum yang dalam tanpa lapisan padas, tekstur mengandung liat dan debu 25 – 30 %, datar serta berdreinase baik.
Keadaan topografi pada areal perkebunan kelapa sawit berhubungan erat dengan perawatan tanaman dan pada saat panen. Topografi yang di anggap cukup baik untuk tanaman kelapa sawit adalah areal dengan kemiringan 0 – 150. Ditinjau dari sifat kimia dan sifat fisik tanah, bentuk lahan, kedalaman tanah, permukaan air tanah, dan kandungan batu-batuan, kemampuan tanah untuk pertumbuhan kelapa sawit dapat di bedakan menjadi 4 kelas, yaitu:
Kelas I       : kesesuaian tinggi, produksi lebih 24 ton TBS/ha/tahun,
Kelas II     : kesesuaian sedang, produksi antara 19 – 24 ton      TBS/ha/tahun,
Kelas III    : kesesuian terbatas, produksi antara 13 – 18 ton TBS / ha/tahun,
Kelas IV    : tidak sesuai, produksi kurang dari 12 ton TBS/ha/tahun.
Walaupun demikian, faktor pengelolaan budidaya atau teknis agronomis dan sifat genetik induk tanaman kelapa sawit sangat menentukan produksi tanaman kelapa sawit ( Tim Penulis PS, 1996).


ini aku juplik dari sebangian isi sekripsi ku guys.. jangan di copas ya :D
 

1 komentar:

  1. How to make money betting on poker - Work
    Learn หารายได้เสริม how to make money betting on poker. Find out how you can make more money at PokerOnline, where you can bet on different sports,

    BalasHapus