Kelapa sawit adalah tanaman komoditas utama perkebunan di
Indonesia, dikarenakan nilai ekonomi yang tinggi. Peranan Sub Sektor perkebunan
dalam perekonomian nasional sangat besar kontribusinya seperti penyediaan
lapangan kerja, penerimaan pajak dan penerimaan ekspor. Bapepam (2012)
menyatakan bahwa Indonesia dan Malaysia merupakan produsen utama minyak kelapa
sawit mentah, dilihat dari total minyak sawit mentah yang dihasilkan pada tahun
2010, dua negara ini menguasai 86 % total produksi CPO dunia. Produsen besar
berikutnya adalah Nigeria,Thailand dan Kolombia.
Dalam hal kelapa sawit,
Indonesia memiliki pesaing kuat yaitu Malaysia. Meski secara volume
masih unggul, dalam produktivitas Indonesia kalah oleh Malaysia. Saat ini, luas
lahan di Indonesia sekitar 7,9 juta hektar. Lahan seluas itu menghasilkan CPO
23,5 juta ton per tahun. Malaysia yang luas lahannya 4 juta hektar mampu
memproduksi CPO 18,5 juta ton per tahun.Melihat kondisi itu maka perlu upaya
meningkatkan produktivitas dengan penggunaan bibit berkualitas tinggi yang
ditopang sistem pemeliharaan dan pemupukan terpadu, serta perlu adanya akses
menuju pabrik pengolahan. Harapan pada tahun 2020 Indonesia mampu memproduksi
40 juta ton CPO per tahun, apabila penggunaan bibit berkualitas tinggi ditopang
sistem pemeliharaan dan pemupukan terpadu.
A.
Kelapa Sawit
Kelapa
sawit adalah tanaman komoditas utama perkebunan Indonesia, dikarenakan nilai
ekonomi yang tinggi dan kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati
terbanyak diantara tanaman penghasil minyak nabati yang lainnya (kedelai,
zaitun, kelapa, dan bunga matahari). Kelapa sawit dapat menghasilkan minyak
nabati sebanyak 6 ton/ha, sedangkan tanaman yang lainnya hanya menghasilkan
minyak nabati sebanyak 4-4,5 ton/ha (Sunarko, 2007).
B.
Pencirian Bagian Tanaman Kelapa
Sawit
1.
Kecambah
Kelapa
sawit berkembang biak dengan bijji dan akan berkecambah untuk selanjutnya
tumbuh menjadi tanaman. Susunan buah kelapa sawit dari lapisan luar sebagai
berikut : (1) Kulit buah yang licin dan keras (epicarp), (2) Daging buah
(mesocarp) terdiri atas susunan serabut (fibre) dan mengandung
minyak, (3) Kulit biji (cangkang/tempurung), berwarna hitam dan keras (endocarp),
(4) Daging biji (mesoperm), berwarna putih dan mengandung minyak, (5)
Lembaga (embrio). Lembaga yang keluar dari kulit biji akan berkembang ke
dua arah : (1) Arah tegak lurus ke atas (fototrophy), disebut plumula yang
selanjutnya akan menjadi batang dan daun kelapa sawit, (2) Arah tegak lurus ke
bawah (geotrophy), disebut radikula yang selanjutnya
akan menjadi akar (Sunarko, 2009).
Plumula akan
muncul setelah radikula tumbuh sekitar satu sentimeter.
Akar-akar adventif pertama muncul di sebuah ring di atas
sambungan radikula-hipokotil, kemudian membentuk akar-akar sekunder
sebelum daun pertama muncul. Bibit kelapa sawit memerlukan waktu tiga bulan
untuk berubah menjadi organisme yang mampu memfotosintesis dan mengabsorpsi
makanan dari dalam tanah secara sempurna (Sunarko, 2007).
2.
Akar
Kelapa
sawit merupakan tumbuhan monokotil. Artinya, tanaman dari family Araceae
ini memiliki akar serabut. Radikula pada bibit tumbuh
memanjang ke bawah selama enam bulan hingga mencapai 15 cm dan menjadi akar
primer. Akar ini akan terus berkembang. Akar serabut primer yang tumbuh secara
vertikal dan horizontal di dalam tanah. Akar ini akan bercabang menjadi akar
sekunder. Selanjutnya, akar sekunder berkembang dan bercabang kembali menjadi
akar tersier, begitu seterusnya. Akar serabut kelapa sawit tumbuh di seluruh
pangkal batang hingga 50 cm di atas permukaan tanah. Akar ini terdiri dari atas
akar primer, sekunder, tersier, hingga quarter yang biasa disebut akan feeder
roots (Sunarko, 2009).
Jika
dirawat dengan baik, perkembangan akar akan membantu pertumbuhan tanaman dan
meningkatkan produksi kelapa sawit. Perakaran yang kuat lebih tahan terhadap penyakit
pangkal batang dan kekeringan. Perakaran tanaman kelapa sawit dapat mencapai
kedalaman 8 m dan 16 m secara horizontal. Pemeliharaan akar akan meningkatkan
absorpsi tanaman terhadap unsur hara oleh tanaman melalui akar (Sunarko, 2009
dan Pahan, 2009).
3.
Batang
Kelapa
sawit memiliki batang yang tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah fase
muda (seedling), terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi
pemanjangan internodia. Titik tumbuh terletak di pucuk batang dan
terbenam di dalam tajuk daun. Bentuknya seperti kubis dan enak dimakan. Di
batang terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat dan sukar terlepas,
meskipun daun telah kering dan mati. Pada tanaman tua, pangkal-pangkal pelepah
yang masih tertinggal di batang akan terkelupas, sehingga batang kelapa sawit
tampak berwarna hitam beruas ( Anonim 2013).
Pembengkakan
pangkal batang (bole) terjadi karena
internodia (ruas batang) dalam masa
pertumbuhan awal tidak memanjang, sehingga pangkal-pangkal pelepah daun yang
tebal berdesakan. Bongkol batang ini membantu memperkokoh posisi pohon pada
tanah agar dapat berdiri tegak. Dalam satu sampai dua tahun pertama
perkembangan batang lebih mengarah ke samping, diameter dapat mencapai 60 cm.
Setelah itu perkembangan mengarah ke atas, sehingga diameter batang hanya
sekitar 40 cm, dan pertumbuhan meninggi berlangsung lebih cepat. Pohon kelapa
sawit hanya memiliki satu titik tumbuh terminal. Percabangan jarang sekali
terjadi. Ujung batang (apex) berbentuk kerucut (conical), diselimuti oleh
daun-daun muda yang masih kecil dan lembut. Pada ujung batang ini terdapat
meristem batang (apical meristem) (
Semangun dkk, 2003).
4.
Daun
Kelapa
sawit memiliki daun yang menyerupai bulu burung atau ayam. Di bagian pangkal
pelepah daun terbentuk dua baris duri yang sangat tajam dan keras di kedua
sisinya. Anak-anak daun tersusun berbaris dua hingga ujung daun. Di
tengah-tengah setiap anak daun terbentuk lidi sebagai tulang daun. Ujung
pelapah daun sering tumbuh menyerupai buntut benang yang mencirikan kekurangan
unsur boron. Ciri lainnya, ujung daun membentuk seperti ujung tombak. Boron
merupakan unsur hara yang ada di dalam tanah, tetapi kadang jumlahnya tidak
cukup untuk kebutuhan tanaman sehinggan perlu ditambah melalui pemupukan
(Sunarko, 2009).
5.
Bunga
Kelapa
sawit yang berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mengeluarkan
bunga jantan dan betina. Bunga tersebut keluar dari ketiak atau pangkal pelepah
daun bagian dalam. Bunga jantan terbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga
betina agak bulat. Kelapa sawit mengadakan penyerbukan bersilang (croos
pollination). Artinya, bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga
jantan dari pohon yang lainnya dengan perantaraan angin dan serangga
penyerbuk (Sunarko, 2009).
Perbandingan
bunga betina dan bunga jantan sangat dipengaruhi oleh pupuk dan air. Jika
tanaman kekurangan pupuk atau kekurangan air, bunga jantan akan lebih banyak
keluar. Produktivitas tanaman menjadi baik jika unsur hara dan air tersedia
dalam jumlah yang cukup dan seimbang. Kecukupan unsur hara dan air didasarkan
pada analisis tanah, air, dan daun sesuai dengan umur tanaman. Sex
ratio mulai terbentuk 24 bulan sebelum panen.
Artinya, calon bunga (primordial) telah terbentuk dua tahun sebelum
panen. Karena itu, perencanaan produksi dihitung minimal tiga tahun sebelumnya,
sehingga perencanaan pemupukan dapat dijadwalkan (Sunarko, 2009).
6.
Buah
Buah
muda berwarna hijau pucat. Semakin tua berubah menjadi hijau hitam hingga
kuning. Buah sawit yang masih mentah berwarna hitam (nigrescens),
beberapa diantaranya berwarna hijau (virescens). Sementara itu, buah
matang berwarna merah kuning (oranye). Selanjutnya, buah matang akan
rontok (buah leles atau brondol). Keadaan ini menandakan bahwa kelapa sawit
sudah layak panen. Biasanya perintah panen diberikan berdasarkan jumlah
jatuhnya brondolan, yakni 1-2 buah per kg tandan (Sunarko, 2007).
Buah
kelapa sawit termasuk jenis buah keras (drupe),
menempel dan bergerombol pada tandan buah. Jumlah per tandan dapat mencapai
1.600, berbentuk lonjong sampai membulat. Panjang buah 2-5 cm, bratnya sampai
30 gram. Bagian-bagian buah terdiri atas eksokarp (exocarp) atau kulit buah, Mesokarp (mesocarp) atau sabut, dan biji. Eksokarp dan mesokarp disebut
perikarp (pericarp). Biji terdiri
atas endokarp (endocarp) atau
cangkang, dan inti (kanel), sedangkan
inti sendiri terdiri atas endosperm (endosperm)
atau putih lembaga dan embrio. Dalam embrio terdapat bakal daun (plumula), haustorium, dan bakal akar (radikula) (Semangun dkk, 2003).
C.
Jenis Kelapa Sawit
Berdasarkan
ketebalan cangkang dan daging buah, kelapa sawit dibedakan menjadi beberapa
jenis sebagai berikut : (1) Dura, memiliki cangkang tebal (3-5 mm), daging buah
tipis, dan rendemen minyak 15-17 %, (2) Tenera, memiliki cangkang agak tipis
(2-3 mm), daging buah tebal, dan rendemen minyak 21-23%, (3) Pesifera, memiliki
cangkang sangat tipis, daging buah tebal, biji kecil dan rendemen minyak tinggi
23-25%, tandan buah hampir selalu gugur sebelum masak, sehingga jumlah minyak
yang dihasilkan sedikit (Sastrosayono, 2007).
D.
Klasifikasi Kelapa Sawit
Upaya klasifikasi kelapa sawit sudah dimulai sejak
empat abad yang lalu (abad ke-16) dan dilanjutkan pada abad-abad selanjutnya.
Seperti halnya dengan upaya pengklasifikasian jenis-jenis tumbuhan lainya
ataupun hewan, para ahli berbeda pendapat mengenai klasifikasi kelapa sawit.
Hal ini dapat dimengerti, karena di masa lampau ilmu Taksonomi maupun ilmu-ilmu
yang berkaitan dengannya belum berkembang seperti sekarang, dan peralatan yang
tersedia pun masih sederhana. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi diperoleh data dan informasi baru yang memungkinkan para ahli untuk
mengadakan perubahan, penyesuaian, dan pembetulan ( Semangun dkk 2003 ).
Taksonomi kelapa sawit menurut Semangun dkk. (2003) yang
umum diterima sekarang adalah sebagai berikut:
Divisi : Tracheophyta
Anak
divisi (Subdivisi) : Pteropsida
Kelas : Angiospermae
Anak
kelas (Subkelas) : Monocotyledoneae
Bangsa
(Ordo) :
Spadiciflorae (Aracales)
Suku
(Famili) : Palmae (Arecaceae)
Anak
suku (Subfamilia) : Cocoideae
Marga
(Genus :
Elaesis
Jenis
(Spesies) : Elaesis
guineensis Jacq
E.
Ekologi
Kelapa Sawit
Tim
Penulis PS (1996) menyatakan bahwa pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa
sawit dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari luar maupun dari tanaman
kelapa sawit itu sendiri. Faktor-faktor pada umumnya bisa di bagi dengan faktor
lingkungan dan faktor genmetik, dan juga faktor aronomis atau sistem budidaya.
Ketiga faktor tersebut saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lainnya.
Untuk memperoleh tanaman kelapa sawit yang berkualitas haruslah ketiga faktor
ini perlu di ketahui apa saja yang mempengaruhinya.
1.
Faktor
Iklim
Faktor
iklim sangan mempengaruhi pertumbuhan tandan kelapa sawit, secara umum iklim
yang cocok bagi tanaman kelapa sawit yaitu 15o LU 15o LS.
Beberapa iklim yang penting di antaranya:
a. Curah
Hujan
Curah
hujan optimal yang di perlukan tanaman kelapa sawit rata-rata 2.000 – 2.500
mm/tahun.
b. Sinar
matahari
Sinar
matahari di perlukan untuk mendapatkan karbohidrat (dalam proses asimilasi) dan
juga untuk memacu pembentukan bunga dan buah, oleh karena itu intensitas,
kualitas dan lama penyinaran sangat di perlukan. Penyinaran optimum yang di
perlukan antara 5 – 7 jam/hari kekurangan atau kelebihan sinar matahari ini
akan mengakibatkan kurang baik bagi tanaman.
c. Suhu
Suhu
optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit berkisar 29 -300C
d. Kelembapan
Udara
Kelembapan
udara dan angin sangat penting peranannya dalam pertumbuhan tanaman kelap
sawit. Kelembapan tanaman kelapa sawit optimum bagi pertumbuhan berkisar antara
80 – 900 %
2.
Tanah
Dalam hal tanah, tanaman kelapa sawit tidak menuntut
persyaratan terlalu banyak karena dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah. Dua
sifat utama tanah sebagai media tumbuh adalah sifat kimia dan sifat fisik
tanah.
a. Sifat
kimia tanah
Sifat kimia tanah secara sedeerhana yaitu kemasaman dan
kandungan mineral dalam tanah. Sifat kimia tanah sangat penting dalam
menentukan pemupukan dan kelas kesuburan tanah. Tanaman kelapa sawit tidak
memerlukan sifat kimia tanah yang terlalu istimewa, sebab kekurangan satu unsur
dapat di penuhi dengan teknik pemupukan. Pemupukan dengan dosis yang tepat
sangat membantu pertumbuhan kelapa sawit sehingga akan meningkatkan tingkat
produksinya. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada pH tanah antara 4,5 – 6,5
sedangkan pH optimumnya adalah 5 – 5,5.
b. Sifat
fisik tanah
Sifat fisik tanah yang baik lebih di kehendaki daripada
sifat kimianya, beberapa hal yang menentukan sifat fisik adalah tekstur,
setruktur, konsistensi, kemiringan, permeabilitas, ketebalan lapisan tanah dan
kedalaman permukaan air tanah. Secara ideal tanaman kelapa sawit menghendaki
tanah yang gembur, subur, mempunyai solum yang dalam tanpa lapisan padas,
tekstur mengandung liat dan debu 25 – 30 %, datar serta berdreinase baik.
Keadaan topografi pada areal perkebunan kelapa sawit
berhubungan erat dengan perawatan tanaman dan pada saat panen. Topografi yang
di anggap cukup baik untuk tanaman kelapa sawit adalah areal dengan kemiringan
0 – 150. Ditinjau dari sifat kimia dan sifat fisik tanah, bentuk
lahan, kedalaman tanah, permukaan air tanah, dan kandungan batu-batuan,
kemampuan tanah untuk pertumbuhan kelapa sawit dapat di bedakan menjadi 4
kelas, yaitu:
Kelas I :
kesesuaian tinggi, produksi lebih 24 ton TBS/ha/tahun,
Kelas II : kesesuaian sedang, produksi antara 19 – 24 ton TBS/ha/tahun,
Kelas III : kesesuian terbatas, produksi antara 13 – 18 ton TBS / ha/tahun,
Kelas IV : tidak sesuai, produksi kurang dari 12 ton TBS/ha/tahun.
Walaupun
demikian, faktor pengelolaan budidaya atau teknis agronomis dan sifat genetik
induk tanaman kelapa sawit sangat menentukan produksi tanaman kelapa sawit (
Tim Penulis PS, 1996).
ini aku juplik dari sebangian isi sekripsi ku guys.. jangan di copas ya :D
ini aku juplik dari sebangian isi sekripsi ku guys.. jangan di copas ya :D
How to make money betting on poker - Work
BalasHapusLearn หารายได้เสริม how to make money betting on poker. Find out how you can make more money at PokerOnline, where you can bet on different sports,